Minggu, 06 November 2016

psikologi manajemen



ACTUATING


    A. Definisi Actuating:

Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, maka pimpinan mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership(pimpinan), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut juga“ gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang pimpinan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuantujuan dapat tercapai. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. (Rahman,2011).
Menurut George R. Terry (1986),dalam Dimas 2010, mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut, oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Pandangan lain tentang pelaksanaan (Actuating) adalah fungsi yang teramat penting dalam manajemen. Seringkali diketahui perencanaan dan pengorganisasiannya bagus, namun dikarenakan kurangnya kemampuan pelaksanaan, hasil kegiatan suatu pekerjaan belum seperti diharapkan (Wijono, 1997). Istilah lain juga yang berhubungan dengan pengarahan atau pelaksanaan adalah Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer dalam mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian, agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka (Terry, 2006 dalam Herman, 2009)
Actuating adalah upaya yang dilakukan supervisor untuk memotivasi seluruh anggota tim agar mau mewujudnyatakan tujuan yang sudah direncanakan bersama dengan kesadaran yang tinggi. Pada proses ini supervisor akan banyak berhadapan atau berinteraksi dengan para anggota atau bawahan di unit kerjanya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa actuating/pelaksanaan artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif sesuai dengan perencanaan yang ada.

B.     Pentingnya Actuating
Fungsi pelaksanaan menurut Nawawi (2000 dalam Anggowo, 2013) adalah sebagai berikut:
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan non-manusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, peran, keahlian, dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut: (James Stoner, 1993)
1)   Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada    tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
2)      Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
3)      Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
4)  Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Fungsi aktuasi haruslah dimulai pada diri manajer selaku pimpinan organisasi. Manajer yang ingin berhasil menggerakkan karyawannya agar bekerja lebih produktif, harus memahami dan menerapkan ilmu psikologi, ilmu komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi.
Seorang manajer harus mampu bersikap yaitu objektif dalam menghadapi berbagai persoalan organisasi melalui pengamatan, objektif dalam menghadapi perbedaan dan persamaan karakter stafnya baik sebagai individu maupun kelompok manusia. Manajer mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka terhadap lingkungan dan adanya kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara harmonis.(Herujito, 2003)
Dengan kata lain, manajer harus peka dengan kodrat manusia yaitu mempunyai kekuatan dan kelemahan, tidak mungkin akan mampu bekerja sendiri dan pasti akan memerlukan bantuan orang lain, manusia mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial, dan pada diri manusia kadang-kadang muncul juga sifat-sifat emosional. (Herujito, 2003)
Tujuan fungsi aktuasi, adalah:
1)      Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
2)      Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf  
3)      Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan  
4)      Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
5)      Membuat organisasi berkembang secara dinamis
Jadi, yang berperan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah pimpinan,karena dalam hal ini pimpinan yang selalu mengusahakan suasana kerja yang meningkat, dengan diberikan motivasi dan prestasi supaya bawahannya lebih semangat dalam bekerja.

  1. Prinsip Actuating
Prinsip pelaksanaan (actuating) Pelaksanaan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan.
Fungsi pengarahan/pelaksanaan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
1.      Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factorfaktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.

2.      Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.

3.    Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/actuating antara lain:
a.       Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya
b.      Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia 
c.       Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi  
d.      Menghargai hasil yang baik dan sempurna
e.       Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih
f.       Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
g.      Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya

  1. Mencapai Actuating manajerial yang efektif
Actuating penting dalam manajemen dan berbeda dengan ketiga fungsi lainnya karena dalam actuating berisi tentang hal-hal yang menyangkut dengan proses dari sebuah manajemen, juga mengatur tentang hubungan kerja antar orang.
Actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Fungsi dan peranan actuating yakni pertama, melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing) dan komunikasi (communication). Kedua, upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian. Pengaplikasian actuating dalam perusahaan adalah pengarahan dan pemotivasian seluruh personil pada setiap kegiatan perusahaan untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas.

  1. Pentingnya Mencapai Actuating Managerial yang Efektif
1.      Orientasi
Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain:
a.       Tugas itu sendiri
b.      Tugas lain yang ada hubungannya
c.       Ruang lingkup tugas
d.      Tujuan dari tugas
e.       Delegasi wewenang
f.       Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
g.      Hubungan antara masing-masing tenaga kerja

2.      Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal  dari atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang lain  yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
a.       Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus bersifat lebih mendetail.
b.      Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.
c.       Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula berupa bujukan dan ajakan. Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata: “apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”. “marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan sebagainya. Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat kurang fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.

3.      Delegasi Wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.


DAFTAR PUSTAKA
Anggowo. 2013. Actuating dalam Pendidikan. (Online), (http://www.rumahbelajar.web.id/actuating-penggerakan-dalam-pendidikan/), dikases pada tanggal 1 November 2016)
Dimas,dkk.2010. Dasar-dasar Manajemen Actuating. Bandung: Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Purba, H. 2009. Great Supervisor. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


Jumat, 20 Mei 2016

Kesehatan Mental "Bulimia Nervosa"

Tugas Kesehatan Mental 
"Bulimia Nervosa"

Nama: Laoviet Eka Putri
Npm: 15514978
Kelas: 2pa05
Bulimia Nervosa

Pengertian Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa adalah gangguan makan yang terjadi pada individual terutama wanita yang ditandai dengan pola makan binge (makan dalam jumlah lebih dari porsi normal individu) dan purge-eating (makanannya dimuntahkan kembali) (Junaidi, 2012; King, 2014). Individual tersebut memulai dengan pola makan binge lalu dimuntahkan kembali dengan memasukkan jari tangan atau barang ke dalam mulut atau minum laxative (obat pencahar) dan diuretik (obat yang memperbanyak kemih).
Pada Bulimia Nervosa, seseorang secara berkalan mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat, biasanya dua jam atau kurang, dan kemudian berusaha untuk membatalkan asupan kalori yang tinggi tersebut dengan memuntahkannya sendiri, diet ketat, berolahraga berat secara berlebihan, atau mengonsumsi obat pencahar, memasukan cairan melalui dubur (enema), atau obat pemicu diare untuk mengeluarkan isi perut. Siklus ini berlangsung paling tidak dua kali seminggu selama sedikitnya tiga bulan (APA,2000). Orang dengan Bulimia terobsesi dengan berat badan dan bentuk tubuh mereka. Merka menjadi sangat emosional dan merasa malu, membenci diri sendiri, dan depresi karena kebiasaan makan mereka. Mereka memiliki self-esteem yang rendah dan sejarah fluktuasi berat badan, berdiet, serta sering berolahraga (Kendler et a.l, 1991).
Secara faali, rata-rata para penderita bulimia menunjukkan berbagai macam keabnormalan biokimia dalam tubuhnya, termasuk bertambahnya produksi ghrelin, yaitu suatu hormon yang berhubungan dengan penambahan nafsu makan (Monteleone, Serritella, Scognamiglio, & Maj, 2010). Perubahan biokimia ini mungkin disebabkan dari hasil pola makan binge dan purge juga setelah menjalani terapi pengurangan gejala bulimia, ghrelin dan hormon tubuh lainnya akan kembali ke ambang batas normal (Tanaka et al., 2006).
Bulimia terjadi pada individu dengan rentang bobot tubuh normal sehingga sulit untuk dideteksi keberadaannya. Selain itu, penderita cenderung merahasiakan gangguan yang dialami karena merasa jijik dan malu pada dirinya sendiri (King, 2012). Fakta bahwa sindrom parsial atau gejala ringan dari bulimia nervosa mungkin lebih umum di kalangan remaja daripada orang dewasa bukan berarti menunjukkan bahwa bulimia nervosa pada remaja adalah masalah sepele. Salah satu studi menemukan bahwa remaja dengan sindrom parsial bulimia nervosa memiliki risiko yang signifikan dapat mengembangkannya menjadi sindrom penuh (Striegel-Moore, Seeley & Lewinsohn, 2003, Le Grange & Schmidt, 2005). Yang kedua, gangguan fisik dan mental juga berkembang di kalangan anak-anak muda tersebut. Penyesuaian psikososial pada usia dewasa pada wanita muda yang memiliki bulimia nervosa sebagai remaja dikaitkan dengan gangguan signifikan dalam kesehatan, citra diri, dan bidang-bidang penting dari fungsi sosial (Striegel-Moore et al., 2003, in Le Grange & Schmidt, 2005).
Gangguan makan binge (binge eating disorder) terkait dengan bulimia nervosa, yaitu sering makan dalam jumlah banyak, tetapi tanpa di ikuti dengan puasa, berolahraga, atau muntah. Bulimia dan gangguan makan binge lebih umum terjadi dibandingkan anoreksia. Sekitar 3 persen dari perempuan dan 0,3 persen dari laki-laki mengalami gangguan makan binge, dan jumlahnya di saat-saat tertentu menjadi lebih banyak.
Bulimia tampaknya memiliki hubungan dengan rendahnya tingkat zat dalam otak yang bernama serotonin (“Eaing Disorders-Part I, “1997; K.A Smith, Fairburn, dan Cowen, 1999), tetapi tidak ada hubungan sebab akibat. Bulimia mungkin memiliki akar genetis yang sama dengan depresi mayor atau dengan fobia dan gangguan panic (Keel at al. 2003). Mungkin bulimia juga dapat dijelaskan dengan teori psikoanalisis: Orang dengan bulimia dianggap mendambakan makanan untuk memuaskan rasa lapar mereka akan kasih sayang dan perhatian (“Eating Disorders-Part I,”1997;Humprey, 1986).
Penyebab
Belum ditemukan penyebab khusus bulimia nervosa (Bonne et al, 2003, in Ferguson, 2014). Penderita bulimia mengonsumsi porsi makanan yang besar namun di saat yang bersamaan juga memiliki kecemasan (Bigregard, Norring, & Clinton, 2012). Media merupakan salah satu faktor dalam gangguan makan. Eksposur terhadap selebriti yang memiliki tubuh kurus memberikan standar ideal suatu penampilan (Ferguson, 2014). Obsesi terhadap bentuk tubuh yang langsing kerap terjadi pada kaum hawa yang berkecimpung dalam kelas sosio-ekonomi menengah ke atas dimana terdapat tuntutan akan penampilan supaya diakui keberadaannya (Junaidi, 2012).
Selain itu, studi mengatakan bahwa faktor utama pasien bulimia nervosa adalah dari keluarga. Karakteristik keluarga dengan anak penderita bulimia mencakup masalah struktur keluarga, interaksi, dan kedekatan (Jacobi et al, 2004, in Ferguson, 2014).
Penyebab lainnya adalah kurangnya kepercayaan diri terhadap penampilan fisik seseorang. Bulimia umumnya terjadi pada usia remaja menuju dewasa muda (Uher & Rutter, 2012). Gangguan ini terjadi pada rentang 1-4 % pada wanita (NIMH, 2011). Banyak wanita yang mengalami bulimia yang disebabkan oleh sikap perfeksionis (Lampard et al., 2012) dan pada waktu yang sama mereka cenderung tidak percaya diri dalam pencapaian tujuan mereka (Bardone-Cone et al., 2006). Perilaku impulsif, emosi negatif, serta kecenderungan obsesifkompulsif sewaktu usia kanak-kanak dapat menjadi faktor pada bulimia (Roncero, Perpina, & Garcia-Soriano, 2011; Tchanturia et al., 2004; Vervaet, van Heeringen, & Audenaert, 2004; King, 2012). Bulimia nervosa juga terkait dalam pelecehan seksual dan fisik sewaktu masa anak-anak (Lo Sauro et al., 2008).
Meski sekarang masih belum ditemukan penyebab spesifik bulimia, akan tetapi sejak tahun 1980an, para peneliti telah memfokuskan tidak pada faktor sosiokultural yang menyebabkan bulimia tetapi pada potensi biologis yang menyebabkannya. Gen memainkan peran yang penting pada anoreksia dan bulimia (Lock, 2012; Mas et al., 2013). Gen mempengaruhi banyak karakter psikologis seperti perfeksionis, impulsif, kecenderungan obsesifkompulsif, serta perilaku-perilaku yang ada pada penderita anoreksia dan bulimia (Slof-Op’t 3 Landt et al., 2013; Schur, Heckbert, & Goldberg, 2010). Kondisi genetik ini pulalah yang bertanggung jawab atas masalah dalam regulasi serotonin pada anoreksia dan bulimia (Capasso, Putrella, & Milano, 2009).
Gejala
Seseorang dapat dikatakan mengalami bulimia apabila ia mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak lalu memuntahkannya kembali minimal 2 kali seminggu (Junaidi, 2012).
Tanda-tanda lainnya adalah:
a.       Sangat takut gemuk dan berat badannya naik-turun secara ekstrim.
b.      Olahraga, puasa, dan diet berlebihan setelah makan dalam jumlah banyak.
c.       Terjadi bengkak pada pipi karena peradangan kelenjar parotis.
d.      Adanya jaringan parut pada jari tangan akibat dari gesekan kronis pada saat merangsang terjadinya muntah.
e.       Email gigi menipis akibat dari asam lambung yang terbawa ketika muntah.
f.       Peradangan rongga mulut/ kerongkongan.
g.      Pecahnya pembuluh darah di mata.
h.      Penggunaan obat pencahar secara berlebihan sehingga menyebabkan kadar kalium dalam darah menurun yang mengakibatkan gangguan irama jantung.
Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bulimia nervosa adalah sebagai berikut:
1.      Psikoterapi - Pengobatan keluarga dan diri sendiri.
Banyak remaja melaporkan bahwa keterlibatan orangtua yaitu dalam bentuk dukungan dan bukan menghakimi atau mengkritik sangat membantu. Ada kemungkinan bahwa pengobatan berbasis keluarga dapat berkontribusi dalam mengurangi rasa malu dan rasa bersalah yang umumnya terjadi dalam penderita bulimia nervosa. Hal ini dapat dilakukan dengan menekankan bahwa perilaku gejala bukan disebabkan remaja yang dimanjakan dan disengaja, namun memang merupakan suatu disorder. (Le Grange & Schmidt, 2005).

2.      Farmakoterapi
Hanya satu studi kecil label terbuka telah diperiksa kelayakan, tolerabilitas, dan khasiat mengobati remaja dengan bulimia nervosa dengan fluoxetine, penghambat pengambilan kembali neurotransmitter serotonin (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors/SSRI) (Le Grange & Schmidt, 2005). Tetapi perlu diingat, bahwa tingkat kebutuhan obat-obatan seperti anti depresan harus lebih tinggi dari efek sampingnya.

 Adiksi
Memakan makanan yang lezat dapat mengaktivasi lokasi otak yang sama dengan orang yang mengonsumsi narkoba, salah satunya adalah nucleus accumbens. Para ilmuwan meneliti tikus yang kekurangan makan selama 12 jam per hari, termasuk 4 jam pertama sejak periode terjaga mereka, lalu diberi larutan gula yang sangat manis. Setelah perlakuan ini dilakukan selama beberapa minggu, tikus tersebut minum lebih banyak larutan gula tiap harinya. Asupan tersebut merangsang pelepasan dopamin dan opioid (senyawa yang serupa dengan opiate) pada otak, efek yang sama juga terjadi pada pecandu narkoba (Colantuoni et al., 2001, 2002).
Perlakuan ini juga menambah level reseptor dopamin tipe 3 di otak, efek yang juga terjadi pada tikus yang mengonsumsi morfin (Spangler et al., 2004). Apabila tikus tersebut tidak mengonsumsi larutan manis ini, mereka akan mengalami withdrawal symptoms, termasuk badan yang gemetaran, gigi bergemeletuk dan tremor. Injeksi morfin dapat menghilangkan gejalagejala tersebut, singkatnya tikus tersebut menunjukkan indikasi yang jelas akan adiksi terhadap gula dalam dosis besar (Avena, Rada, & Hoebel, 2008).
Hal yang sama dapat kita simpulkan bahwa siklus bulimia tentang diet dan pola makan binge bersifat adiktif (Kalat, 2013).
Saran untuk Penderita
·         Tidak perlu membanding-bandingkan kondisi tubuh sendiri dengan orang lain. Cintailah diri sendiri karena kita adalah karya terbaik yang telah dianugerahkan Tuhan melalui orang tua untuk kita.
·         Makan makanan yang bergizi untuk dan atur pola makan serta porsi yang cukup agar terhindar dari penyakit lambung.
·         Jujurlah pada konselor, keluarga, dan sahabat bila memang terjadi masalah yang menimpa kita. Terima diri sendiri apa adanya baik kelebihan maupun kekurangannya.
Kesimpulan
Bulimia nervosa dapat disebabkan oleh pengaruh sosial tempat dimana penderita berada dan genetik yang menyebabkan masalah pada regulasi serotonin pada tubuh penderita. Bulimia dapat ditandai dengan pola makan binge, memuntahkan makanan yang dikonsumsi yang disertai dengan diet ketat, olahraga keras dan mongonsumsi laxative dan obat diuretik. Bulimia nervosa menyebabkan penderitanya mengalami depresi, ketidakstabilan berat badan dan homeostasis tubuh (ketidakstabilan hormon ghrelin dalam regulasi nafsu makan) serta efek psikologis lainnya seperti menjadi pribadi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, perfeksionis akan tetapi memiliki keyakinan yang rendah dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, serta memiliki self-image yang buruk terhadap diri sendiri. Solusi terbaik dalam mengatasi bulimia adalah psikoterapi oleh diri sendiri maupun keluarga atau konselor dan apabila cara tersebut tidak berhasil maka digunakan obat anti depresan jenis SSRI untuk mengurangi depresi pada penderita bulimia.

Sumber: Diane E. papalia, Sally Wendkos Old & Ruth Duskin Feldman.(2009).human Developmant. Jakarta : Salemba Humaika

Rabu, 30 Maret 2016

Kesehatan Mental

tugas kesehatan mental
laoviet  eka putri
npm: 15514978 
kelas: 2pa05 

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ABRAHAM MASLOW

Dalam teori kepribadian sehat ada beberapa macam point yang dijabarkan tentang pendekatan maslow terhadap kepribadian. Dimana salah satunya maslow menyelidiki kesehatan psikologis, dimana satu-satunya orang yang dipelajari adalah orang yang ssehat.
Konsep mental menurut Abraham Maslow:
 A.Hierarki kebutuhan manusia
Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir yang tersusun dalam suatu tingkat dari yang paling kuat sampai yang paling lemah. Ibarat suatu tangga, kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan seterusnya, sampai kita mampu naik pada tingkat yang paling tinggi. Dan kebutuhan-kebutuhan itu adalah :
1)      Kebutuhan Fisiologis:
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur, seks dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup. Dan juga kebutuhan ini merupakan yang terkuat dan sifatnya amat penting dari semua kebutuhan.

2)      Kebutuhan Akan Rasa Aman:
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan akan rasa aman juga merupakan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan agar dapat melangsungkan hidup dengan baik.

3)      Kebutuhan Akan Memiliki Cinta dan Kasih:
Kebutuhan ini semacam layak untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, baik seperti orang tua, kakak, adik, sahabat, ataupun saudara dengan tujuan agar merasakan perasaan memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-kebutuhan kita akan cinta dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian, dan dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta adalah sama pentingnya.

4)      Kebutuhan Akan Penghargaan:
Yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan juga terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain (dari luar) misalnya popularitas ataupun keberhhasilan dalam masyarakat. Ada banyak cara juga supaya orang lain bisa menghargai kita, menurut saya apabila dengan cara yang negatif, kita bisa saja memamerkan serta gengsi kita dengan apa yang kita miliki, seperti mengendarai mobil mewah yang kita miliki, membeli rumah besar, dsb. Kita tidak dapat menghargai diri kita jika kita tidak mengetahui kita apa dan siapa.

5)      Aktualisasi diri:
Apabila kita telah memuaskan semua kebutuhan diatas, maka kita didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. Kita harus bisa menjadi menurut potensi yang kita miliki. Maslow menyebutkan apabila kita dapat memuaskan kebutuhan kita dari tingkat yang rendah, kita masih merasa aman secara fisik maupun emosional, mempunyai rasa memiliki dan juga merasa bahwa kita adalah diri yang berharga. Namun apabila kita gagal dalam tahap aktualisasi diri ini, maka kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas. Dengan begitu, kita tidak akan berada dalam damai pada diri kita sendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kita sehat secara psikologis.

B. Kepribadian yang sehat menurut Maslow
Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.
Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen tertentu.
            Selain itu kepribadian yang sehat menurut maslow adalah individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.
C. Perbedaan “meta needs” dengan “deficiency needs”
1)      Perbedaan “meta needs” dengan “deficiency needs
Meta needs (meta kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Sedangkan Deficiency needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang  yang  kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
2)      Perbedaan “meta needs” dengan “deficiency needs
Meta needs (meta kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Sedangkan Deficiency needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang  yang  kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
D. Ciri-ciri “actualized people”
Ciri dari orang yang mampu meng-aktualisasikan diri (pribadi-pribadi yang sehat)  mereka adalah sebagai berikut :
3)      Menerima realitas secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran. Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri dapat mengamati objek dan orang-orang didunia sekitarnya secara objektif. Mereka tidak memandang dunia hanya sebagaimana yang mereka inginkan atau butuhkan, tetapi mereka melihatnya sebagaimana adanya, artinya mereka memandang dunia ini dengan nyata, apa adanya dan tidak menuntut lebih. Sebaliknya, orang yang kepribadiannya tidak sehat, mengamati dunia menurut ukuran-ukuran dari pandangan mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk kebutuhan dan nilai-nilai mereka. Maslow menulis bahwa “Orang yang neurotis secara emosional tidak sakit, tetapi secara kognitif dia salah”.
4)      Menerima diri dan orang lain apa adanya
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banayk memikirkannya. Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini memiliki kelemahan–kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut.
      Karena orang-orang sehat ini begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan diri mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan ini berlaku bagi semua tingkat kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
5)      Bertidak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura.Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka.Dalam situasi dimana ungkapan perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau dimana hal tersebut tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional atau memberontak, mereka tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan sengaja aturan-aturan dan adat-adat social.
  Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan tersebut. Lagi pula mereka sendiri adalah wajar dan sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan tidak bersikap agresif dan memberontak.
6)      Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan; tentu, sesuatu yang harus mereka lakukan tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk mendapat penghasilan.
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan uang,popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan metakebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang paling, dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan apa.
7)      Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuyk kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan meeka sangatt egosentris dan terarah kepada dir mereka sendiri.Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
8)      Memiliki ruang untuk diri pribadi
      Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara otonom terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan yang dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hamper tidak dirasakan oleh mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat oleh orang-orang yang kurang sehat sebagai malapetaka.
9)      Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pemgalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
10)  Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang ringan. Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan mungkin sering kali terjadi setiap hari.
11)  Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Mereka adalah anggota dari satu keluarga (manusia) dan memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam keluarga.
Orang- orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahamii hal- hal itu dengan lebih jelas.mereka mungkin kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah laku orang- orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat memahami dan memaafkannya.
12)   Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa.mereka memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.
Meskipun orang- orang yang akrab dengan mereka adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap orang- orang lain, khusunya terhadap anak- anak.mereka membenci dan kejam terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistic, dimana membari cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
13)  Mengarah pada nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatkan kelas social, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit.mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
14)  Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh.
Dapat membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita- cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya.mereka juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah. Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau tidak konsisten dalam hal- hal etis, terombang- ambing, atu berganti-ganti antara benar dan salah menurut keuntungannya.
15)  Memiliki rasa humor yang tinggi
Orang-orang yang kurang sehat menertawakan 3 macam humor, humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa sakit, humor superioritas yang mengambil keuntungan dari rasa rendah diri dari orang lain atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi Oedipus atau percakapan cabul. Humor pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bersifat filosofis, humor yang menertawakan manusia, pada umumnya, tetapi bukan kepada seseorang yang khusus. Humor ini kerap kali bersifat intruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang dituju dan juga menyimpulkan tertawa.
16)  Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni. Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni.
17)  Memiliki integritas tinggi yang total
Pengaktualisasi – pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri atau pun otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh- pengaruh social, untuk berpikir atau bertindak menurut cara- cara tertentu. Akan tetapi mereka tidak terus terang menenrang kebudayaan. Daftar kualitas-kualitas pribadi yang hebat ini mungkin tampaknya seperti suatu pernyataan yang berlebihan atau karikatur dari kepribadian yang sangat sehat.


Daftar Pustaka:

Hall, C.S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2; teori-teori holistic (organismik
fenomenologis).  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Penrbit Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan mental. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Schultz, Duane “psikologi pertumbuhan”, model-model kepribadian sehat, 1991
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Penerjemah Drs. A Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1994)
Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1993).
Schultz, Duane, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat, Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1997).
Ruswandi, Uus, Badrudin. 2010, pengembangan Kepribadian Guru.Bandung: CV. Insan Mandiri.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/ciri-ciri-kepribadian-sehat-menurut-abraham-maslow/